Rabu, 21 Maret 2012

Cirebon

Kali ini saya mau ngomongin tentang kampung halaman, tanah tumpah darahku, Cirebon, kota udang.


Cirebon ini terletak di ujung timur Jawa Barat, berbatasan dengan kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Cirebon yang akan saya tuliskan di sini saya batasi saja mengenai Kota dan Kabupaten Cirebon. Karena kalo dibeberkan lebih lanjut sesuai dengan batas-batas wilayah kekuasaan Keraton Cirebon pada zaman dahulu kala, maka Kuningan, Majalengka, dan Indramayu pun akan masuk.

Cirebon ini memiliki keunikan tersendiri. Dia terletak di provinsi Jawa Barat, yang sebagaimana sudah diketahui, etnis dan bahasanya pada umumnya adalah Sunda. Sementara Cirebon merupakan melting pot dari berbagai kebudayaan sekaligus yang akhirnya memunculkan budaya dan bahasanya agak berbeda dengan saudara-saudaranya di tatar Sunda.

Cirebon, dalam hal ini Keraton Cirebon, didirikan oleh Pangeran Walangsungsang yang merupakan putra mahkota Kerajaan Pajajaran. Setelah menerima hidayah dan memeluk Islam, beliau hijrah ke tanah Cirebon dan mendirikan pedukuhan di sini. Dan semakin lama pedukuhannya ini semakin berkembang yang menjadi Cirebon pada era modern ini.

Mengapa tadi saya sebut Cirebon sebagai melting pot? Seperti yang saya paparkan di atas, Cirebon didirikan oleh Pangeran Walangsungsang, yang berasal dari tatar Sunda. Namun bahasa yang digunakan oleh masyarakat Cirebon adalah bahasa Cirebon yang lebih memiliki kemiripan dengan bahasa Jawa (walaupun tidak persis sama dan butuh waktu untuk mencapai mutual intelligibility). Pada tingkatan krama malah bahasa yang digunakan di Cirebon (yang kami sebut sebagai basa bebasan) nyaris tidak ada bedanya dengan basa kromo pada bahasa jawa. Perbedaan utama yang terlihat jelas hanya pada "a" dan "o", seperti pada "kula" vs "kulo". Dan di beberapa daerah malah penduduknya berbahasa Sunda. Di sini kita temui lagi keunikan tersendiri, dimana seringkali penduduk yang berbahasa Cirebon dan Sunda tersebut mampu berkomunikasi walaupun  tetap menggunakan bahasanya masing-masing.

Dan Cirebon makin disemarakkan lagi dengan adanya pengaruh kebudayaan Tionghoa dan Timur tengah yang dibawa imigran dari dataran tiongkok dan hadramaut. Sampai detik ini pun masih dapat kita jumpai adanya kawasan Pecinan dan Kampung Arab (di Panjunan) yang berdampingan dengan damai dengan masyarakat di sekitarnya.

Proses penyebaran Islam di tatar sunda yang dipelopori oleh Sunan Gunung Jati berbasis di Cirebon. Hal ini menjadikan  efek religiusitas tersendiri bagi daerah ini, dalam rangka melaksanakan amanat Kanjeng Sunan, yaitu "Ingsun titip tajug lan fakir miskin". Sampai saat ini Cirebon masih menjadi daerah tujuan belajar keagamaan. Terdapat banyak pesantren yang berdiri. Yang paling terkenal adalah Pesantren Buntet. Ada juga pesantren Ciwaringin. Kalo di daerah dekat rumah saya, ada pesantren siti fatimah dan pesantren istiqomah, serta pesantren benda. Dalam hal pendidikan agama dengan metode modern, ada IAIN Syekh Nurjati.

Tantangan yang dihadapi Cirebon pada saat ini salah satunya adalah bagaimana menghadapi arus perdagangan bebas. Saat ini semakin banyak saja pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan yang muncul, utamanya di Kota Cirebon. Terakhir kali saya pulang ke Cirebon pada bulan April 2011, hal ini cukup membuat takjub. Dimana kota Cirebon yang sebetulnya sangatlah kecil jadi makin padat dan ramai (bahkan kelewat ramai) dengan hadirnya hal-hal tersebut.

Sayangnya analisis mengenai dampak lingkungan dari pembangunan tersebut sepertinya masih kurang diperhatikan. Terbukti pada banjir terakhir yang melanda Cirebon memporakporandakan sebagian wilayah kota, termasuk daerah-daerah yang pada tradisinya tidak pernah mengalami banjir. Maka pelestarian lingkungan ini menjadi suatu Pekerjaan Rumah yang sangat penting yang harus diselesaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Bicara tentang Cirebon juga takkan lengkap tanpa membahas tentang kuliner dan kebudayaannya. Tapi karena pembahasan mengenai itu akan lumayan panjang dan membutuhkan suatu tempat tersendiri, lebih bagus itu ada di postingan selanjutnya aja kali ya. Hehehe...

1 komentar: